Sejarah jemparingan di Kadipaten Puro Pakualaman, Yogyakarta, tidak bisa dilepaskan dari sejarah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pangeran Haryo Notokusumo atau Paku Alam I adalah putra ke-3 dari Hamengku Buwono I dan Raden Ayu Srenggara (seorang selir yang berasal dari desa Karangnangka). Di dalam urutan seluruh putra-putri Hamengku Buwono I, Pangeran Notokusumo ada di urutan ke 11. Ia merupakan salah satu putra terkasih Sultan HB I, dan biasa membantu menyiapkan busana Sultan.
Catatan penulis
desa Karangnongko sengaja saya cetak tebal... masih ingat : bangunan TERTUA di kraton Ngayogyakarta Hadiningrat tempat saya belajar & mengajar jemparingan Mataraman asalnya dari Pandak, Karangnongko
Sekolah TAMANAN, karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi - ayahanda Pangeran Notokusumo, pada tahun 1755.
Tahun 1757 Sultan mendirikan Sekolah TAMANAN, bertempat di dalam komplek karaton Yogyakarta, di bangsal Tamanan. Dari sekian banyak mata-pelajaran yg diajarkan untuk sentana-dalem dan keluarga abdi-dalem yg berpangkat tinggi di karaton, salah-satunya adalah MEMANAH.
Berdirinya Kadipatèn Puro Pakualaman
Kadipatèn Pakualaman atau Negeri Pakualaman atau Praja Pakualaman, berdiri pada tanggal 17 Maret 1813, ketika Pangeran Notokusumo, putra dari Sultan Hamengku Buwono I dengan Selir Srenggorowati dinobatkan oleh Gubernur-Jenderal Sir Thomas Raffles (Gubernur Jendral Britania Raya yang memerintah saat itu) sebagai Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I.
BUSUR PANAH di Puro Pakualaman
Dokumentasi tertua model busur di Kadipatèn Pakualaman adalah foto pusaka-pusaka Paku Alam ke-1.
Kadipaten Pakualaman 1939