diposkan pada : 27-12-2023 01:03:16 Tutorial Jemparingan Mataram - baju Pranakan

Hati-hati memakai baju Pranakan saat bermain jemparingan Mataraman.
Simak artikel ini supaya tidak Salah-Kostum ya, geiss !

 

# Aturan berbusana saat gladhi Jemparingan Mataram di Kraton Yogyakarta

Slasa Wage, 9 Jumadilawal Alip AJ 1955 / 14 Desember 2021. Siang itu cuaca cerah di dalam kompleks kraton Yogyakarta, tepatnya di halaman Kagungan Dalem Bangsal Kemandungan.

Para anggota Paguyuban Jemparingan Mataraman "GANDHEWA MATARAM" karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang terdiri dari abdi dalem karaton ​​dan masyarakat Umum berlatih jemparingan bersama-sama.

Gladhi (latihan) jemparingan sore ini sangat istimewa karena sekaligus memperingati ulang-tahun ke-8 Paguyuban Jemparingan keraton Yogyakarta: "GANDHEWA MATARAM". Dresscode saat gladhi sore ini adalah busana adat.
 

Untuk diketahui, aturan berbusana / dresscode saat berlatih panahan di dalam kraton Yogyakarta ada 2 macam :

1. Busana adat : baju pranakan, nyamping / jarik motif Yogyakarta dengan wiru engkol, destar kupu-tarung; atau
2. Busana olahraga : celana training, atasan kaos. Untuk penutup kepala boleh menggunakan peci atau topi, sebaiknya tidak menggunakan iket / udhen / blangkon.  
 

Masyarakat umum (non abdi-dalem) koq memakai baju pranakan & nyamping wiru engkol?

Baju pranakan lengkap dengan nyamping atau jarik yang di-wiru / lipatan kain model engkol (lihat foto di atas) adalah pakaian seragam khusus abdi-dalem pria di keraton Yogyakarta. 'Blangkon' atau destar-nya PUN seharusnya model kupu-tarung.

Tanya :
Kalau baju pranakan & nyamping wiru engkol adalah seragam abdi-dalem kraton Yogyakarta, kenapa saya & siswa-siswa kami juga memakai busana yang sama saat gladhi jemparingan?

Jawab :
1. kami memakai 'seragam' karena dhawuh dari penghajeng Gandhewa Mataram, yaitu KRT. H. Jatiningrat, SH.
2. Baju pranakan, lengkap dg jarik wiru engkol ini BUKAN sekedar model / gaya busana adat, apalagi untuk gaya-gayaan. Busana ini untuk MEMBEDAKAN (di dalam kompleks kraton) antara abdi dalem (sekalipun yang bersangkutan adalah sentana / keluarga) dengan Sultan.
3. Lokasi gladhi jemparingan diselenggarakan di dalam kompleks kraton Yogyakarta.
    Kalau gladhi jemparingan dilakukan di luar cepuri kraton, misal di Alun-alun Kidul atau di tempat yang lain, kami tentu TIDAK PERLU memakai baju pranakan wiru engkol.

 

# Sok-sok.an memakai pranakan - wiru engkol saat gladhen jemparingan di luar kraton?

Wuidiich mas Kris, sub title-nya koq sadis 'gitu sich? Memangnya mas Kris ngga pernah memakai baju pranakan saat gladhen jemparingan? :D  :D

Tenang teman-teman, kita tidak menunjuk abdi-dalem yang sok-sok.an ikut gladen memakai baju pranakan - jariknya diwiru engkol ... Ech, tapi ada yang LEBIH PARAH : sudah bukan abdi-dalem, tapi memakai baju model pranakan jariknya diwiru engkol. Ini sebenarnya NORAK 'abiez, tapi mungkin Beliau sedang khilaf atau saat ada wucalan di dalam kraton sedang tidur atau berhalangan hadir. 🤫🤫🤫

 

baju pranakan jemparingan mataraman

Yuk kita review sebentar : baju pranakan dikombinasikan dengan jarik yg diwiru engkol seperti foto di atas adalah seragam untuk abdi dalem pria di kraton Yogyakarta. Untuk lebih mudah membayangkannya, baju pranakan wiru engkol ini sama halnya dengan seragam KORPRI. Kalau KORPRI adalah seragam pegawai negeri Republik Indonesia, maka baju Pranakan + wiru engkol adalah seragam pegawai nagari kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Seperti screenshot di atas, beberapa waktu lalu netizen dibuat heboh karena beredar foto-foto bule yang dengan pede-nya kemana-mana memakai batik KORPRI. 🤣🤣🤣

Seperti itu juga kita dibikin nyengir (klo ga' misuh-misuh sambil ketawa ngakak di dalam hati... piye kuwi, geiss?) saat melihat ada yang mengikuti gladhen sambil memakai baju pranakan trus wiru-nya wiru engkol.

Sah-sah saja klo yang bersangkutan adalah ROMBONGAN kontingen dari kraton Yogyakarta yang diutus resmi untuk mengikuti gladhen jemparingan. Tapi kalau hanya sendirian ... apalagi BUKAN abdi dalem ?

Apakah TIDAK BOLEH, mas Kris? Jawaban saya : BOLEH. Atau lebih tepatnya : kraton (Yogyakarta) tidak bisa melarang.
Hanya saja, bagi orang-orang atau penjemparing yang sudah diajar manah / hati.nya tentunya merasa 'aneh aja' melihat fenomena di atas. Kaya' ga pernah diajari sopan-santun.

Sama halnya melihat orang pergi kondangan manten di suatu kampung (tapi) memakai baju seragam KORPRI - padahal yang bersangkutan kita tahu bukan pegawai negeri. Halu banget, khan :D


Baju pranakan untuk mantu Sultan

Baju pranakan dengan warna lurik selain telupat biru-tua + wiru engkol HANYA boleh dipakai oleh putra & cucu Sultan saja.


Teman-teman pernah melihat ada orang yang mengenakan baju pranakan, tapi WARNA kain lurik-nya BUKAN biru tua? Ini juga ADA ATURANnya, lho ... jadi BUKAN untuk gaya-gaya.an doang.

Di dalam kraton Yogyakarta, yang boleh memakai seragam abdi-dalem dengan warna baju pranakan SELAIN biru tua HANYA boleh untuk putra & cucu Sultan saja.
Cicit Sultan dan pejabat tinggi - rendah lainnya WAJIB memakai baju pranakan warna biru tua.  

 

Demikian sekilas materi dengan topik bahasan "BUSANA JEMPARINGAN" kita. 
Oh iyaa, bagi teman-teman (di,luar komunitas / murid-murid saya) yang kebetulan berkunjung ke website "Belajar Jemparingan via Online" ini semoga juga bisa menambah wawasan. 

Kalau ada yg tersinggung atau tersungging ... ya mohon maaf. Materi ini hanya UKS (untuk kalangan sendiri) khusus bagi pegiat Jemparingan Mataraman yang memiliki hati untuk ngleluri budaya - dan bukan penjemparing yg sekedar pencari kesenangan pribadi atau malah perusak pakem budaya Mataram.


Salam Budaya - Lestari Budayaku.

Materi Pelajaran "Belajar Jemparingan via Online" lainnya bisa KLIK disini...